Berakhir sudah pertarungan antara para Calon Gubernur DKI Jakarta. Pemungutan suara yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2012 yang lalu menghasilkan 2 pasang kandidat yang akan meneruskan pertarungan mereka di Putaran Ke Dua.

Perolehan suara sementara pada peringkat pertama diduduki oleh pasangan:

  1.  Joko Widodo – Basuki T Purnama        (43,06%)
  2. Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli                  (34,14 %)
  3. Hidayat Nurwahid – Didik J. Rahbini  (11,76%)
  4. Faisal Basri – Biem Benjamin                   (4,84 %)
  5.  Alex Noerdin – Nono Sampono              (4,38 %)
  6.  Hendardji Soepandji – Riza Patria        (1,82 %).

Mengapa Foke sang Calon dari pihak petahana yang selama kampanye berlangsung selalu diunggulkan melalui hasil survey-survey tetapi keok pada hari pemilihan?

Mengapa Joko Wi yang kalem dan pendiam bisa menjadi kuda hitam yang mengobrak-abrik prediksi para pengamat politik?

Mampukah Joko Wi merebut hati para penduduk Jakarta dan menjadi penguasa ibukota di periode mendatang ?

Dilihat dari munculnya pemenang putaran pertama di Pemilihan Kepala Daerah yaitu calon dari kota kecil yang berani menantang “penguasa lama” dapat diartikan bahwa masyarakat Jakarta yang selama ini diam, membuktikan tuntutannya akan perubahan. Kejenuhan akan situasi jakarta yang kumuh, macet, dan banjir yang berkepanjangan membuat rakyat menginginkan sosok alternatif yang mereka harapkan dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Kebetulan sosok lain tersebut memiliki track record yang baik; bersih dari korupsi, transparant, dan memiliki kebijakan yang ‘nguwongke uwong’ , manusiawi, serta sudah berbuat nyata untuk kesejahteraan rakyat kecil. Maka tak salah kiranya jika pilihan jatuh pada  Jokowi- Ahok.