Sang Guru alergi terhadap ideologi.
“Dalam sebuah perang ide-ide,” katanya, “rakyatlah yang
menjadi korban.”
Kemudian ia menambahkan, “Orang membunuh demi uang atau
kuasa. Tetapi pembunuh yang paling bengis adalah mereka yang
membunuh demi ide-ide mereka.”
(Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello,
Penerbit Kanisius, Cetakan 1, 1997)
Orang yang didakwa teroris itu ternyata adalah seorang ayah dari 4 orang anak. Dia pasti selalu membawa oleh-oleh kesukaan anak dan istrinya yang setia menunggu kepulangannya setiap akhir pekan di kampung halamannya. Aku bisa membayangkan tas ranselnya pasti penuh dengan baju baru, makanan kecil; chicky snack, okky jelly drink, biskuit Better, juga sosis So Good kesukaan si sulung.
Meskipun tujuan pulangnya untuk istirahat setelah selama seminggu atau dua minggu bekerja, dia tidak tega melihat istrinya kelelahan mengurus anak-anak mereka setiap harinya. Meskipun lelah dia tetap menggantikan peran istrinya seperti menyuapi anak-anak, mengganti dan mencuci popok si bungsu karena tiap1/2 jam pipis, membantu mencuci piring, ataupun bangun tengah malam hanya untuk membuatkan susu untuk bayinya. Dia adalah ayah yang sangat menyayangi keluarganya.
Tetapi kenapa dia tega melakukan teror itu semua? Kesimpulanku : dia telah mengorbankan keluarganya yang sangat mencintai dan dicintainya karena mengejar tujuan dari Ideologi yang sedang dia anut. Seorang ayah yang lemah lembut akan berubah menjadi mahluk haus darah demi ideologi tersebut.
Marilah kita sekarang menegok ke dalam dan bertanya pada diri kita sendiri,…ideologi apakah yang sedang kita anut sekarang ini ?